Tuesday, February 24, 2015

Sejarah Singkat Selokan Mataram



  Selokan  Mataram merupakan  irigasi  yang sekaligus  menghubungkan  antara Kali Progo dan Kali Opak. Masyarakat lebih mengenal nama populernya Selokan Mataram, meskipun sering di sebut juga Saluran Mataram , ,dan  pernah dikenal dengan nama Kanal Yoshiro, nama ini diambil dari tokoh Simazu Yoshiro, seorang jenderal besar Jepan.

Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di bagian melintang dari Barat ke Timur, berhulu di selokan Van Der Wijck yaitu di dusun Macanan, desa Bligo, kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, sampai Tempuran Opak Progo di dusun Randugunting Tamanmartani Kalasan Sleman Yogyakarta. Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km dibangun pada Masa Pendudukan Jepang. Saat itu Pemerintah Jepang sedang gencar menggalakkan Romusha, yang dikenal masyarakat Indonesia dengan Kerja Paksa Romusha, yang tujuannya antara lain untuk mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia serta untuk membangun sarana prasarana guna kepentingan perang tentara Jepang.

Kekejaman Romusha membuat Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX  membuat strategi untuk berusaha menyelamatkan warga Yogyakarta dari kerja paksa  Romusha. Beliau melaporkan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah minus dan kering, di sertai Sri Sultan mengusulkan kepada Jepang agar  warga Yogyakarta diperintahkan untuk membangun selokan yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak. Selokan tersebut untuk pengairan irigasi pertanian sehingga hasil pertanian nantinya dapat digunakan untuk mensuplai pangan tentara Jepang. Pemerintah Jepang akhirnya menerima gagasan Sri Sultan, sehingga masyarakat Yogyakarta terbebas dari kekejaman Romusha dan disibukkan membuat Selokan Mataram. 


Selain itu legenda yang dikenal masyarakat menyebutkan bahwa Sunan Kali Kjaga pernah berujar, bahwa Yogyakarta akan makmur jika Kali Progo dan Sungai Opak bersatu. Dari legenda tersebut, Selokan Mataram menjadi penghubung menyatunya kedua Sungai besar tersebut.
Selokan Mataram yang dibangun saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX , menjadi kelanjutan dari pembangunan di wilayah hulu Selokan Mataram yaitu selokan Van Der Wijck dan Bendungan Karang Talun. Kedua bangunan pengendalian air tersebut mengaliri areal perkebunan tebu di sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul. Sri Sultan Hamengkubuwana IX dilantik pada hari Senin Pon tanggal 18 Maret 1940. Berbarengan dengan  situasi pergerakan dan perjuangan kemerdekaan RI. Sehingga tidak banyak terfokus kepada pembangunan fisik. Sri Sultan Hamengkubuwana IX berperan besar dalam keberadaan atau proses demokratisasi dan modernisasi Kraton Yogyakarta. Masa ini terjadi perubahan penting yaitu bergesernya konsep kekuasaan absolut bergeser kearah yang bersifat demokratis dari konsep keagungbinatharaan menjadi konsep kekuasaan ‘Tahta Untuk Rakyat’.

No comments:

Post a Comment